Senin, 20 Juli 2009

Berhentilah Jadi Gelas


Seorang bapak mendatangi putra kesayangannya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung."Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang bapak bertanya.
"Bapak, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang anak muda.
Sang bapak terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar ku perbaiki suasana hatimu itu."
Si anak pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan bapaknya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Bapak. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si anak pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin."Bagaimana rasanya?" tanya Sang Bapak."Asin, dan perutku jadi mual," jawab si anak dengan wajah yang masih meringis. Sang Bapak terkekeh-kekeh melihat wajah putranya yang meringis keasinan."Sekarang kau ikut aku." Sang Bapak membawa putranya ke danau di dekattempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."Si Anak menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan Bapaknya, begitu pikirnya."Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Bapak sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si anak menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingindan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Bapak bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?""Segar, segar sekali," kata si anak sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya."Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?""Tidak sama sekali," kata si anak sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Bapak hanya tersenyum memperhatikannya,membiarkan putranya itu meminum air danau sampai puas."Nak," kata Sang Bapak setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang bebas dari penderitaan dan masalah."Si Anak terdiam, mendengarkan. "Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya.
Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas.
Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Setelah dibaca jangan lupa posting komentarnya ya...terimakasih